Newest Post
// Posted by :Febryan Sukma Limanus
// On :Jumat, 30 Agustus 2013
Cerdik dan tidak masuk akal adalah kata yang tepat untuk srategi ini. Berikut beberapa contoh penggunaan srategi ini :
Zaman Tiga Kerajaan:
Pada periode tiga kerajaan (220-280M), Xicheng, benteng-kota yang dijaga Zhuge Liang, pejabat kerajaan Shu,
berada dalam bahaya karena semua pasukan telah dikirim keluar untuk
sebuah pertempuran, sehingga hanya menyisakan sedikit pasukan untuk
menjaga benteng kota, sementara pasukan Sima Yi dari kerajaan Wei dengan kekuatan 150.000 prajurit hendak menyerang Xicheng untuk menangkap Zhuge Liang.
Zhuge liang segera memerintahkan
semua bendera dan panji disembunyikan serta semua prajurit tetap berada
di tempat. Dia juga memerintahkan agar keempat pintu gerbang benteng
dibuka semua, dengan beberapa orang prajurit yang berpakaian sipil
membersihkan jalan di depan gerbang dengan sapu. Dan dia duduk di atas
platform benteng ditemani dua anak kecil dan memainkan sitarnya dengan
tenang sambil menghirup teh.
Ketika Sima Yi dengan pasukannya
tiba di depan benteng-kota tersebut, dia sangat kebingungan.
Sepengetahuan dia, Zhuge Liang adalah ahli strategi militer yang sangat
berhati-hati dan jarang mengambil resiko. Sima Yi telah menyaksikan
berbagai penyergapan efektif dan tipuan-tipuan yang dibuat oleh Zhuge
Liang sebelumnya. Disuguhi pemandangan aneh seperti ini, Sima Yi menjadi
sangat curiga dan berpikir bahwa jika ia dan pasukannya masuk ke dalam
gerbang tersebut akan ada perangkap yang menunggu. Maka ia memutuskan
untuk mundur, sekalipun ditentang oleh anaknya, Sima Zhao.
Zaman Sengoku Jidai:
Pada tahun 1572 pada zaman Sengoku Jidai (periode negara-negara berperang) di Jepang, Tokugawa Ieyasu menggunakan taktik ini ketika ia menarik mundur pasukannya dari pertempuran Mikatagahara.
Dia memerintahkan bentengnya dibuka lebar, dan tempat perapian
dinyalakan untuk memandu pasukannya mundur ke tempat yang aman. Salah
seorang prajurit menabuh genderang yang besar, sebagai pembangkit
semangat bagi para prajurit yang berhasil kembali.
Ketika pasukan musuh, yang
dipimpin oleh Baba Nobuharu dan Yamagata Masakage mendengar bunyi
genderang ini, dan melihat perapian menyala serta gerbang benteng
terbuka, mereka berasumsi bahwa Tokugawa telah memasang perangkap di
dalam benteng tersebut. Jadi langkah pasukan mereka berhenti dan
memutuskan untuk berkemah pada malam itu.