Newest Post

// Posted by :Febryan Sukma Limanus // On :Senin, 26 Agustus 2013

Tahun kelahiran Dian Wei tidak diketahui. Ketika masih muda, Dian Wei pernah setuju untuk membunuh rivalnya dikota yang sama. Menyamar orang terkenal, Dian Wei berkelana ke rumah musuhnya di Suiyang dan memasuki gerbang tanpa tantangan. Dia kemudian membunuh seluruh keluarga musuhnya. Karena korban tinggal di dekat pasar, berita kematiannya segera menyebar dan ratusan orang pergi mengejar pembunuh. Namun, tidak satupun dari mereka berani untuk melawan Dian Wei, yang menuju luar kota dengan pengejarnya di belakangnya. Setelah berjalan empat atau lima li, Dian Wei bertemu teman-temannya dan melarikan diri setelah bertarung.

Pada tahun 189, panglima perang Zhang Miao mengumpulkan tentara untuk bergabung dengan koalisi melawan Dong Zhuo, yang menyandera Kaisar Xian di istana kekaisaran. Dian Wei menyetujui panggilan. Dia sangat terkesan dengan atasannya ketika ia berhasil menjaga spanduk besar bergoyang dalam angin yang kuat tegak hanya dengan satu tangan, sementara beberapa orang lainnya dengan upaya mereka tidak bisa melakukannya.

 Dian Wei kemudian ditempatkan di bawah pimpinan Xiahou Dun, Salah satu Jendral Cao Cao. Selama kampanye melawan Lu Bu di Puyang, Cao Cao dan pasukannya tertangkap di tengah-tengah deru musuh. Dian Wei mengumpulkan sejumlah orang di sekitar. Semuanya mengenakan dua lapis baju besi, perisai mereka dibuang, dan menyerbu musuh dengan memegang tombak. Gelombang musuh dari barat melepaskan rentetan panah ke Dian Wei dan anak buahnya. Tidak menyadari, Dian Wei mengatakan kepada rekannya, "Katakan padaku ketika musuh berada disekitar sepuluh kaki." rekannya melakukannya. Dian Wei berkata lagi, "Katakan padaku ketika pada jarak lima kaki." rekannya kemudian menangis ketakutan, "musuh ada di sekitar kita!"

Berputar, Dian Wei melemparkan lembing dan dia memegang selusin tombak musuh-musuhnya. Dengan melemparkan setiap pria jatuh dari pelananya. Para musuh kemudian mundur. Sangat terkesan, Cao Cao dipromosikan Dian Wei dengan pangkat kolonel dan membuatnya menjadi pengawal pribadinya.

Setelah itu, Dian Wei selalu di samping Cao Cao dalam setiap pertempuran dimana Cao-Cao berpartisipasi masuk dia juga setia dan bertanggung jawab. Dia berdiri berjaga di luar tenda Cao Cao sepanjang hari dan tidur di suatu tempat pada malam hari, dan jarang kembali ke tempat sendiri. Dia makan dengan alat yang besar dan minum di tegukan panjang. Karena nafsu makan yang sangat besar, beberapa orang diminta untuk melayani setiap kali dia duduk untuk makan.

Pada tahun 197, Cao Cao melancarkan perang melawan Zhang Xiu, gubernur Wancheng, yang segera menyerah kepada Cao Cao. Cao Cao merasa senang dan mengundang Zhang Xiu dan anak buahnya untuk perjamuan. Selama perjamuan, Dian Wei berdiri di belakang Cao-cao, memegang kapak raksasa dan pisau yang merupakan satu chi panjangnya. Zhang Xiu dan anak buahnya berani bahkan tidak memandang pasangan setiap kali mereka bersulang untuk Cao Cao.


Pada saat keberadaannya di Wancheng, Cao Cao memaksa janda dari Zhang Ji untuk menjadi selirnya yang mengakibatkan kemarahan Zhang Xiu. Mendengar ada yang tidak senang dengan tindakannya, Cao Cao berencana untuk membunuh Zhang Xiu di kemudian hari. Namun dikarenakan rencana tersebut bocor, justru Cao Cao diserang terlebih dulu oleh Zhang Xiu. Cao Cao berhasil kabur menggunakan kuda, sedangkan Dian Wei menghadang laju musuh di gerbang depan ditemani belasan prajurit. Dengan senjatanya Dian Wei bertarung dengan luar biasa, tapi seiring waktu satu persatu prajurit di sampingnya mulai tumbang. Dian Wei sendiri sudah cukup terluka saat akhirnya dia menjadi yang terakhir berdiri di pertempuran.

Dengan sisa tenaganya dia meraih 2 orang prajurit musuh & menggunakannya sebagai senjata, merangsek maju dan membunuh beberapa prajurit lagi sebelum akhirnya tersungkur karena lukanya yang membuatnya kehabisa darah. Dian Wei masih sempat memandangi prajurit musuh sambil menyumpah-nyumpah sebelum akhirnya benar-benar mati. Setelah memastikan bahwa Dian Wei benar-benar sudah tidak bernapas, barulah prajurit musuh berani mendekat dan memenggal kepalanya. Kepalanya dibawa berkeliling untuk ditunjukkan kepada yang lain. Saat berita kematiannya menyebar, banyak prajurit yang datang untuk melihat jasad Dian Wei dengan takjub.

Saat Cao Cao akhirnya mendengar berita kematian Dian Wei, dia hanya bisa bersedih hingga meneteskan air mata. Cao Cao akhirnya menyuruh bawahannya untuk mengambil kembali jasad Dian Wei agar dapat dikuburkan di kota kelahirannya. Dan setelah itu, setiap kali Cao Cao melewati kubur Dian Wei, dia selalu berhenti sejenak untuk mengenang Dian Wei. Cao Cao juga mengangkat Dian Man, putra Dian Wei, untuk menjadi perwira yang selalu berada di sisinya, seperti ayahnya dulu.

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

// Copyright © Everyone Can See It //Anime-Note//Powered by Blogger // Designed by Johanes Djogan //